JAGADSUWUNG.COM|SIDOARJO — Di tengah riuh zaman yang kerap mengaburkan akar tradisi, Persatuan Budayawan Jagad Suwung Nusantara (PBJSN) menggelar hajatan budaya yang menyentuh nadi masyarakat. Bertempat di Museum Mpu Tantular, Penganugerahan Insan Peduli Budaya Nusantara resmi dibuka hari ini, Sabtu (14/6), dan akan mencapai puncaknya esok, Minggu (15/6).
Lebih dari sekadar seremoni penghargaan, acara ini menjadi ruang hidup bagi nilai-nilai tradisi yang lama terpinggirkan. Sejak pagi, warga berbondong-bondong datang. Di bawah tenda dan tikar yang sederhana, pengobatan alternatif digelar gratis oleh para terapis tradisional—dari pijat urat, ramuan herbal, hingga penyembuhan energi. Kearifan lokal yang sempat diremehkan kini kembali dipercaya sebagai jalan ikhtiar dan pemulihan.
Di sela kegiatan, pengunjung menikmati pameran kerajinan, jajanan lawas, dan petuah budaya dari para tokoh PBJSN. Semangat gotong royong dan silaturahmi terasa hangat mengalir di antara sesama pecinta budaya.
Menjelang malam, panggung berubah wajah. Komunitas Family Satwa Sidoarjo (FSS) menghadirkan edukasi satwa yang memikat. Di bawah sorot lampu, anak-anak bersorak melihat iguana, burung hantu, sualayar, hingga musang dan landak mini. Masyarakat dikenalkan pada kekayaan fauna lokal, bukan dengan ketakutan, tapi lewat rasa cinta dan kepedulian.
“Budaya bukan hanya soal tari dan artefak, tapi juga tentang bagaimana manusia hidup selaras dengan alam dan tradisinya,” ujar Pakde Tohir, pegiat FSS dari Wonoayu.
Besok, rangkaian acara akan ditutup dengan pertunjukan seni Bantengan dan lomba pecutan
dua simbol kekuatan rakyat dan ketangkasan jiwa. Pembina PBJSN yang juga Wakil Bupati Sidoarjo, Mimik Idayana, dijadwalkan hadir dan menyerahkan langsung penghargaan kepada para insan peduli budaya dari berbagai kalangan: budayawan, guru, legislator, hingga komunitas akar rumput.
Di tangan PBJSN, museum bukan lagi ruang sunyi peninggalan sejarah. Ia menjelma altar hidup, tempat budaya bertutur kembali. Suara-suara masa lalu pun terdengar lagi tak lantang, tapi mengakar dan penuh makna.(*)